Translate

Jumat, 07 April 2017

Kegiatan Pembelajaran 4: Tata Cahaya






1. Konsep tata cahaya
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting ketika merekam video. Namun, cahaya yang terlalu banyak akan membuat obyek terlihat putih. Sebaliknya, kurang cahaya dapat membuat obyek tidak terlihat. Sebagian besar kamera video saat ini telah dilengkapi pengaturan cahaya otomatis. Namun demikian, saat merekam diluar ruangan, sebaiknya posisi Anda membelakangi
cahaya matahari.

Melalui penataan cahaya, dapat diciptakan suasana yang dapat menyentuh emosi penonton. Misalnya suasanya sedih, gembira, sakral. Demikian pula melalui penataan cahaya dapat memberikan kesan aktor sedang marah, sedih, atau berwibawa. Jadi, meskipun kini telah banyak kamera video dengan sensitivitas tinggi, yang dalam suatu ruangan yang cukup luas dapat mengambil gambar dengan sangat jelas, tidak berarti mampu menggeser peranan tata cahaya. Sebab, dengan pencahayaan terhadap suatu obyek, akan dapat menciptakan gambar atau dapat menjelaskan bentuk obyek dengan terang dan indah.

Tujuan dari tata cahaya adalah untuk mendapatkan gambar yang menarik dan mendukung suatu produksi visualisasi dari suatu naskah cerita. Tata cahaya/lampu yang menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara dan aktor untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa difungsikan berkaitan dengan peran tata cahaya/lampu tetapi fungsi dasar tata cahaya/lampu ini ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir.

1) Penerangan
Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada dilokasi. Istilah penerangan dalam tata cahaya/panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi juga memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor.

2) Dimensi
Dengan tata cahaya/lampu kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh kamera tampak sama. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul
.
3) Pemilihan
Tata cahaya/lampu dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Pengaturan tata cahaya/lampu ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.

4) Atmosfir
Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya/lampu adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta
emosi yang terkandung dalam pe-ristiwa lakon. Tata cahaya/lampu mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna
cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Arah cahaya terhadap obyek harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi harapan yang diinginkan dalam proses produksi. Berikut ini beberapa panduan untuk mengarahkan sumber cahaya:
- menyinari scene sehingga menghasilkan gambar yang mudah dipahami dan  dapat dilihat tanpa      menyulitkan mata manusia
- memberikan penyinaran yang seimbang dari scene yang satu dengan yang lain, sehingga diperoleh    urutan gambar yang sesuai tone warna yang baik terutama pada wajah artis
- mendukung suasana realistik (pagi, siang, malam) maupun dramatic (sedih, gembira, cemas, takut)
- menghasilkan gambar yang menyenangkan melalui distribusi cahaya dan bayangan secara artistic
- menciptakan dimensi atau kesan ruang dan kesan kepaduan bentuk, menghasilkan pemisahan visual    antara obyek latar depan dan belakang
- menambah keindahan atau kemolekan dari segi wajah subyek.

2. Prinsip tata cahaya
Dalam pengambilan gambar bergerak, baik di dalam maupun luar ruangan sangat penting untuk mengatur pencahayaan sehingga subyek akan tampak dengan jelas. Jika pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, usahakan ruangan memiliki cukup banyak cahaya alami ataupun cahaya buatan. Dalam proses produksi video, tata cahaya memegang peranan yang sangat penting, bahkan yang paling menentukan nilai atau kualitas materi video yang ingin ditampilkan. Secara umum, dalam tata cahaya dikenal istilah three points lighting, yang merupakan formula dasar pencahayaan dalam produksi video. Three points lighting itu adalah yaitu key light, fill light dan back light.


Gambar 40 Tata Cahaya Dalam Proses Produksi Video


a. Keylight
Key light adalah cahaya terkuat dan paling penting dari tiga cahaya yang digunakan dalam teknik ini. Sumber cahaya ini ditempatkan di antara sisi kamera dan subjek sedemikian rupa (biasanya membentuk sudut 45o) sehingga satu sisi subyek akan terang, tetapi sisi lain agak gelap. Biasanya sinar yang digunakan pada keylight merupakan seberkas sinar dari hard light dan terfokus pada subyek. Banyaknya sumber cahaya untuk keylight, tergantung dari banyaknya sudut pengambilan gambar. Oleh karena itu, dalam produksi film, sumber cahaya ditempatkan di berbagai arah dengan berbagai intensitas.

b. Fill light
Fill light digunakan sebagai sumber cahaya sekunder untuk key light dan ditempatkan di sisi berlawanan dari subyek (membentuk sudut -45o). Sumber cahaya ini tidak seterang key light, karena hanya digunakan untuk mengisi bayangan yang dihasilkan key light. Fill light membantu mengurangi kontras yang dihasilkan oleh key light sehingga gambar lebih terlihat natural.


c. Back light
Back light ditempatkan di belakang subyek dan digunakan untuk pencahayaan subyek dari belakang. Back light bisa lebih terang ataulebih redup dari key light; sumber cahaya ini akan memberikan highlight yang cukup pada subyek dan memisahkan subyek dari latar belakang. Back light menambah kedalaman gambar, sehingga membuat tampilan gambar menjadi tiga dimensi. Penataan lampu dapat pula memberikan kesan tertentu. Penataan lampu dapat juga diatur untuk memberikan berbagai efek, baik efek yang bersifat artistik, yang umumnya digunakan untuk acara hiburan, maupun efek dramatis. Untuk mendapatkan penyinaran yang seimbang antara ketiga unsur penyinaran, harus ada perbandingan tertentu antara keylight, fill light dan back lignt. Perbandingan tersebut adalah 3 untuk back light, 2 untuk key light dan 1 untuk fill light. Back light yang terbanyak agar dapat memisahkan subyek dengan dekorasi sehingga gambar tidak terlihat menempel.

3. Sumber cahaya
a. Sumber cahaya alam
Sumber cahaya alam yaitu cahaya matahari yang merupakan bentuk penyinaran terbaik dalam pengambilan gambar bergerak. Matahari memiliki cahaya yang terang dan merata, memberikan warna-warna alami dan kedalaman focus yang mencukupi. Yang harus diperhatikan oleh juru kamera
apabila mengambil gambar dengan menggunakan cahaya matahari adalah bahwa kecerahan dan posisi matahari selalu berubah. Waktu yang paling baik untuk pengambilan gambar diluar ruangan adalah antara pukul 07.00 hingga 11.00 dan antara pukul 14.00 hingga 16.30. Cahaya yang diperoleh
dalam rentang waktu tersebut mendekati kesamaan kecerahan sehingga juru kamera akan mendapatkan hasil gambar yang maksimal. Hindari pengambilan gambar pada saat matahari tepat diatas kepala karena akan muncul bayang-bayang dan kernyitan di dahi subyek. Hal ini akan mempengaruhi ekspresi wajah subyek. Hindari juga pengambilan gambar saat sore menjelang petang karena akan menghasilkan gambar bluish (berwarna kebiruan).

b. Sumber cahaya buatan
Sumber cahaya yang digunakan berasal dari cahaya lampu. Yang dimaksud dengan lampu disini adalah movie lamp (lampu shooting). Movie lamp harus memancarkan cahaya pada temperature warna daylight. Untuk menghasilkan cahaya daylight maka lampu harus dilengkapi dengan filter biru. Penggunaan lampu ini bertujuan untuk menghilangkan bayangan, namun tetap mempertahankan teori keylight, fill light dan back light. Apabila plafon ruangan berwarna putih dan tidak terlalu tinggi, juru kamera mengarahkan lampu-lampu ke dinding dan langit-langit untuk memperoleh sebaran cahaya merata ke sekitar ruangan. Penerangan ruangan dengan cahaya pantulan akan memberikan satu background yang baik.



TERIMA  KASIH





Kegiatan Pembelajaran 2. SINEMATOGRAFI




Sinematografi berasal dari Bahasa Yunani kinema yang berarti gerakan dan graphoo yang berarti menulis. Sinematografi adalah kegiatan menulis yang menggunakan gambar bergerak, seperti apakah gambar-gambar itu, bagaimana merangkai potongan-potongan gambar yang bergerak menjadi rangkaian gambar yang mampu menyampaikan maksud tertentu atau menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide tertentu.

Untuk mengetahui bahasa televisi/film, kita harus mempelajari kata-katanya, susunan kalimatnya dan tata bahasanya. Hal tersebut meliputi makna masing-masing gambar (frame), hubungan antar frame (shot), hubungan antar shot (scene) dan hubungan antar scene (sequence )

1. Shot, kalimat dalam bahasa televisi
Shot adalah bagian dari adegan. Seperti halnya kata-kata yang diajarkan, diurutkan satu sesudah yang lain tetapi belum tentu membentuk kalimat, begitu juga sambungan gambar-gambar menjadi satu rangkaian tertentu belum tentu dengan sendirinya berkata sesuatu. Bila hubungan gambar yang satu dengan yang lain itu memang dimaksudkan untuk menceritakan sesuatu haruslah ada unsur-unsur yang menunjukkannya. Unsur-unsur itu dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu sendiri. Misalnya obyek yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang diteruskan, atau dalam hubungan penonton dengan obyek-obyek dalam cerita itu sebagai akibat dari letak kamera atau lensa khusus yang dipergunakan. Segala cara untuk menghubungkan gambar-gambar dalam satuan tertentu sehingga dapat dicampur-campur disebut editing. Susunan gambar menjadi satu shot diatur menurut aturan tertentu itulah yang membuat penonton yang melihatnya akan dapat mengartikannya. Penonton akan mampu membaca dan menafsirkan apa saja yang mau diungkapkan oleh “kalimat” tertentu itu.

2. Scene (adegan), alinea dalam bahasa televisi
Untuk membuat suatu scene, shot-shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene yang klasik disusun mulai dengan long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Orang-orang bukan lagi mempertahankan shot-shotnya dalam membuat scene, tetapi arti scene itu sendiri. Hal penting yang diperlukan dalamsebuah scene adalah sebuah adegan atau action yang dipandang dari beberapa sudut kamera. Misalnya sebuah scene mengenai perkelahian, maka akan terlihat perkelahian itu dari sudut kiri dan kanan, dari lawan satu ke lawan yang lain.

Ada bermacam transisi untuk menyusun shot-shot menjadi scene, yaitu cut, dissolve, fade in, fade out, wipe. Transisi-transisi ini dapat dipakai untuk menunjukkan hubungan peristiwa, pergantian waktu atau tempat.
- Cut, adalah perpindahan atau pergantian langsung dari satu shot ke shot yang lain. Cut mempunyai    fungsi untuk kesinambungan action, detail obyek, perubahan tempat dan waktu, serta menciptakan    irama kejadian.
- Dissolve, adalah perpindahan gambar secara tumpang tindih dari akhir suatu shot dengan awal dari    suatu shot berikutnya
- Fade, adalah efek optik yang digunakan untuk keperluan transisi, dimana gambar berubah secara  berangsur-angsur menjadi gelap (fade out) atau dari gelap perlahan-lahan menjadi nampak    gambarnya (fade in).
- Wipe, adalah efek optik yang berfungsi sebagai transisi dari adegan pada layar tampak seperti garis  menghapus gambar yang terdahulu, sementara gambar adegan berikutnya mulai muncul mengikuti garis tersebut.

3. Sequence (babak), bab dalam bahasa televisi
Jika scene-scene disusun menjadi satu kesatuan, kita akan mendapatkan sebuah sequence. Dalam suatu sequence, diperoleh suatu mood atau kejadian utuh. Misalnya sebuah sequence tentang pengejaran seorang penjahat. Terlihat dalam sequence itu, seorang penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal, jembatan, sungai, hutan dan dibelakangnya banyak polisi yang mengejarnya beserta anjing-anjing pelacak sampai pengejaran itu berakhir, entah penjahat itu tertangkap entah tidak. Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin sequence di pengadilan. Kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya adalah penjahat itu bertemu dengan teman-temannya.

Sebuah sequence biasanya terdiri dari scene-scene pendahuluan, tengah dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence lain dengan struktur yang sama. Berdasarkan kepandaian mempergunakan jenis-jenis hubungan (transisi) shot-shot menjadi scene, dari scene-scene menjadi sequence itu, suatu cerita akan menunjukkan gaya tersendiri. Dengan gaya yang khusus dapat dikenali sebuah film romantik, dramatis, komedis atau tragis. Terdapat lima prinsip yang perlu diperhatikan agar pengambilan gambar yang akan dilakukan mempunyai nuansa sistemik. Kelima prinsip itu adalah
camera angle, continuity, close up, composition, dan cutting.

1. Camera angle
Camera angle adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili penonton. Dengan demikian, penempatan kamera menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Sebagai patokan untuk menetapkan posisi kamera dalam pengambilan gambar terdapat dua buah pertanyaan yang harus dijawab yaitu, dimanakah sudut pandang terbaik untuk pengambilan suatu adegan (scene) dan seberapa luas atau banyak wilayah yang harus diambil Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya, jika penempatan sudut pandang kamera dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di shot kemungkinan tidak tertangkap atau sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.

2. Continuity
Sebuah film harus menampilkan urutan gambar yang berkesinambungan  lancar, dan mengalir secara logis. Inilah aspek continuity sebuah film. Sebuah film, baik itu sebuah rekaman kenyataan ataupun fiksi, harus mampu memberikan sebuah realitas kehidupan yang nyata bagi penontonnya. Dengan demikian, dapat dikatakan film adalah suatu dunia pura-pura yang meyakinkan dan itu dapat terwujud apabila kesinambungan dan logikanya terjaga dengan baik dan diterima wajar oleh penonton.

Film mempunyai waktu dan ruangnya sendiri. Waktu dalam film dapat dipersempit atau dikembangkan.

a. Kesinambungan waktu
Waktu yang sesungguhnya selalu bergerak ke depan, tetapi dalam film waktu dapat dimainkan. Ada empat kategori waktu dalam film, yaitu masa sekarang, masa lampau, masa depan dan menurut kondisi waktu.

- Masa sekarang
Film yang menggunakan kesinambungan masa sekarang berarti membuat keseluruhan film itu seperti terjadi saat ini. Kejadian masa lampau dapat juga diceritakan seperti terjadi masa kini.
Kesan dramatis akan terasa lebih kuat karena seolah-olah penonton diajak terlibat seperti menjadi saksi peristiwa tersebut

- Masa lampau
Masa lampau dapat diceritakan secara flashback untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum cerita dimulai atau perulangan peristiwa yang sudah disajikan terlebih dahulu. Cerita sejarah dapat ditampilkan seolah-olah terjadi masa kini didepan penonton.

- Masa depan
Kilasan ke depan adalah kebalikan dari flashback. Waktu bergerak maju ke masa depan untuk menggambarkan kejadiankejadian yang akan atau dapat terjadi dan kemudian kembali ke masa kini. Biasanya berupa sebuah dugaan atau khayalan ilmiah
(science fiction)

- Kondisi waktu
Yang dimaksud kondisi waktu adalah penggambaran waktu sebagaimana dikondisikan oleh elemen-elemen lain dalam cerita. Biasanya digunakan untuk menggambarkan mimpi buruk, fantasi tokokh yang ada dalam cerita, ingatan seseorang akan peristiwa traumatic dan sebagainya.

b. Kesinambungan ruang
Cerita yang peristiwanya bergerak dari satu tempat ke tepat lain membutuhkan pemikiran kesinambungan ruang. Agar dapat diterima dengan mudah oleh penonton, suatu kerangka logika dari suatu pergerakan harus diperlihatkan. Penonton harus dibuat sedemikian rupa menyadari lokasi/ruang dari action dana rah gerakan itu sehingga penonton selalu sadar darimana pemain datang dan
kemana pemain pergi. Untuk menggambarkan sebuah perjalanan panjang, ruang dapat dipersingkat dan tidak perlu semua ditunjukkan. Cukup mengambil bagian yang terpenting dan bagus yang dapat memberi kesan suatu progress ke tujuan.


3. Close up
Close up adalah sarana yang sangat unik dalam video. Close up pada video memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan detail dalam suatu kejadian. Dalam sebuah pertunjukan drama, music ataupun tarian diatas panggung, penonton harus menyaksikan dari jarak tertentu dan tidak dapat berubah-ubah. Dengan menggunakan close up, video dapat tersaji bagian kecil dari suatu kejadian dalam adegan. Penonton sesaat dapat melihat secara detail bagian yang sangat kecil itu. Misalnya, adegan seorang dokter sedang menancapkan jarum suntuk ke lengan pasien, dalam drama panggung penonton tidak akan dapat menyaksikan dengan jelas. Close up yang dipilih secara seksama, direkam secara sempurna, dan disunting dengan tepat akan menciptakan dampak
dramatis dalam suatu kejadian.

Close up adalah salah satu sarana penuturan cerita yang sangat kuat bagi pembuat film. Sutradara film cerita biasanya sangat berkepentingan dengan aspek-aspek visual dan close up. Oleh karena itu close up harus dipertimbangkan, baik dari sudut visual maupun penyuntingnya.

4. Composition
Seorang pembuat film akan selalu dihadapkan pada salah satu hal yang sangat penting untuk dipikirkan dalam proses pembuatan film, yaitu bagaimana pembuatan komposisi yang baik disetiap adegan dalam film. Tujuan membuat gambar dengan pertimbangan komposisi adalah menampilkan gambar yang menarik bagi penonton agar penonton tidak mau melepaskan gambar yang ditampilkan dalam sekejap mata pun. Maka penonton tidak akan berpindah kea rah lain atau tergoda untuk menengok tempat lain. Komposisi merupakan pengaturan dari unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan yang serasi dalam sebuah bingkai. Seorang kameramen harus menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai dalam viewfinder kamera, yang dikenal dengan istilah framing.

Oleh karena itu juru kamera harus membuat setiap frame dalam sebuah shot berdasarkan prinsip prinsip  sinematik, yaitu keindahan komposisi dari gambar-gambar bergerak. Maka setiap shot harus dirancang berdasarkan tujuan sinematik yaitu:

a. Mengarahkan perhatian penonton pada subyek/obyek yang terpenting
Dalam setiap adegan, shot-shot hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga mengarahkan perhatian penonton kepada subyek/obyek yang mempunyai arti dramatic. Untuk itu, juru kamera perlu memperhatikan berbagai macam cara pengambilan gambar, yaitu:
- Berdasarkan ukuran dan jarak subyek/obyek
Biasanya mata penonton akan tertarik pada subyek/obyek yang lebih besar dan dekat daripada subyek/obyek yang lebih kecil dan jauh. Wajah seorang aktor yang muncul di latar depan sangat mungkin menjadi titik fokus perhatian penonton.

- Ketajaman fokus
Subyek/obyek yang menjadi focus akan lebih diperhatikan penonton daripada yang kabur. Misalnya juru kamera telah menempatkan dua tokoh yang sedang berbicara, yang satu diatur sedemikian rupa mempunyai ukuran yang lebih besar sedangkan satunya berada lebih jauh dari kamera sehigga ukurannya lebih kecil. Namun, karena fokusnya diletakkan pada subyek yang ukurannya lebih kecil, maka subyek tersebut akan lebih menarik perhatian penonton disbanding subyek yang ukurannya besar tapi gambarnya kabur.

- Bergerak
Mata akan lebih tertarik pada benda yang bergerak dibandingkan yang statis. Sebuah benda yang bergerak ditengah adegan yang statis akan menarik perhatian penonton.

- Close up ekstrem
Close up ekstrem merupakan cara yang baik yang akan mempengaruhi penonton agar memusatkan perhatian pada apa yang dimaksudkan juru kamera. Misalnya pada adegan sekelompok prajurit yang berdiri berjajar terdapat seorang prajurit yang selalu memutar-mutar pedangnya sementara yang lain diam saja. Prajurit yang memutar-mutar pedang tersebut tentu akan menjadi pusat perhatian penonton.

- Pembingkaian latar belakang
Juru kamera dapat membuat bingkai baru dalam frame dengan memanfaatkan latar depan subyek/obyek yang akan diarahkan sebagai pusat perhatian. Misalnya juru kamera mengambil
gambar seseorang yang sedang membaca di taman dari sela-sela dedaunan pagar hidup.
- Menggunakan cahaya atau warna
Penggunaan warna dan cahaya dapat membantu penonton mengarahkan perhatian pada subyek/obyek yang penting. Bendabenda yang terang akan lebih menarik dibandingkan yang gelap. Demikian juga warna-warna cerah akan lebih menarik dibandingkan warna suram.
- Gerak lensa zoom
Lensa zoom adalah lensa yang memiliki kemampuan mendekatkan atau menjauhkan subyek/obyek secara optik tanpa harus mendekatkan atau menjauhkan kamera. Dengan menggunakan gerakan lensa zoom suatu adegan dapat semakin terasa dramatis

- Gerak kamera mobil
Jika kamera dapat mengikuti arah gerak mobil, maka kemungkinan pengayaan gerak akan semakin bertambah. Dengan membebaskan kamera pada posisi statisnya, seorang juru kamera dapat menciptakan sudut pandang kamera yang terus menerus sehingga penonton memperoleh sajian gambar bergerak. Misalnya dengan memasang kamera diatas derek atau crane atau steady cam, juru kamera dapat menggerakkan kamera dengan mulus kemana saja. Dengan demikian unsur dramatis
semakin meningkat.

b. Menciptakan ilusi kedalaman.

Komposisi sinematik juga harus memberikan perhatian pada usaha untuk menciptakan ilusi kedalaman atau suatu kesan tiga dimensi pada layar yang pada dasarnya layar tersebut bersifat dua dimensi. Untuk mencapai tujuan itu, seorang juru kamera dapat menggunakan beberapa macam teknik
- Gerak subyek
Untuk menciptakan kesan kedalaman, seorang juru kamera dapat mengatur subyek agar melakukan gerakan diagonal atau mengatur penempatan kamera pada posisi tertentu sehingga pada hasil pengambilan gambar nantinya dapat mendapatkan gerakan diagonal.
- Seleksi pokok
Dengan membuat subyek tertentu lebih focus (tajam) disbanding subyek yang lain, akan tercipta suatu dimensi kedalaman pada gambar yang di rekam.
- Pembingkaian latar depan
Subyek utama diberi bingkai oleh subyek atau obyek dilator depan. Contohnya, seorang tukang ban mobil sedang asyik dengan pekerjaannya membongkar ban yang bocor. Seorang juru kamera mengambil sebuah ban luar yang ukurannya besar kemudian diletakkan berdiri. Selanjutnya kamera diletakkan setinggi ban tersebut dan mengambil gambar tukang tambal ban yang sedang asyik mengerjakan pekerjaannya dari celah ban yang posisinya berdiri. Pengambilan gambar yang demikian juga dapat menciptakan kesan tiga dimensi.

- Efek dengan penyinaran cahaya
Dengan memberi cahaya yang berbeda intensitasnya pada suatu subyek diantara subyek-subyek lain yang tidak mendapatkan cahaya dengan intensitas yang sama, juga dapat menciptakan kesan kedalaman. Contohnya, sebuah adegan three shot dengan komposisi subyek berdiri di kiri dan kanan sedangkan seorang subyek yang lain sedang duduk dikursi yang rendah. Kemudian sebuah sorotan cahaya lunak diterpakan ke wajah subyek yang duduk di tengah itu. Keadaan yang demikian dapat menciptakan kesan gambar yang mempunyai kedalaman.

5. Cutting (Editing)

Editing adalah jiwa dari sebuah film. Editing adalah suatu proses memilih, mengatur dan menyusun shot-shot menjadi satu scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi sequence yang akhirnya merupakan rangkaian shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Dengan katalain, pekerjaan editing adalah menyingkirkan semua yang berlebihan, yang tidak diperlukan dalam pengambilan gambar sebelumnya, termasuk pengambilan gambar yang salah.

Editor adalah seseorang yang mempunyai peran membantu atau bekerja sama dengan sutradara, mempunyai kewajiban merangkai gambar dengan baik dan teliti sehingga dapat bercerita kepada penonton.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang editor ketika melakukan tugas editing:
- Memilih shot
- Mempertimbangkan keterpaduan dan kesinambungan
- Memilih jenis transisi yang digunakan
- Membentuk irama/tempo

Dalam pembuatan film, terdapat tiga jenis editing, yaitu kesinambungan, kompilasi, dan gabungan kesinambungan dan kompilasi.

a. Editing kesinambungan
Penuturan cerita disampaikan dengan menyusun gambar secara berurutan dan berkesinambungan.

b. Editing kompilasi
Penuturan cerita disampaikan dengan narasi dan gambar-gambar yang ditampilkan sebagai ilustrasi dalam penuturan tersebut sehingga penonton menjadi terbantu oleh gambar-gambar dalam memahami uraian naratifnya.

c. Gabungan editing kesinambungan dan kompilasi
Film-film cerita dapat menggunakan kedua jenis editing tersebut meskipun biasanya lebih sering dengan editing kesinambungan. Namun, pada intro yang menggunakan trailer, biasanya menggunakan editing kompilasi dari cuplikan peristiwa yang nanti akan disajikan dalam cerita utuhnya.

Rabu, 05 April 2017

Teknik Pengambilan Gambar Bergerak



SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR

Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah camera angle atau sudut kamera. Pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera dilakukan dengan serabutan dapat merusak dan membingungkan penonton, karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang berkesinambungan.

Sudut kamera di bagi menjadi 3 jenis yaitu sudut kamera obyektif, subyektif dan point of view.

- Bird eye view
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan





- High angle
Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil.



- Low angle
Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/prominance, berwibawa, kuat, dominan.



- Eye level
Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar.


- Frog Level
Sudut pengambilan ini di ambil sejajar dengan permukaan tempat objek menjadi sangat besar.



b. Sudut kamera subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
- Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga dapat   menimbulkan efek dramatik
- Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton dapat    menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami  sensasi yang sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan. close up  seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh
pemain yangmemandang keluar layar tersebut. - Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun dengan cara seperti ini.

c. Sudut kamera point of view
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot.


Bidang Pandang Pengambilan Gambar


Seorang pembuat film harus memiliki pemahaman tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan enggan melepaskan sekejap mata pun terhadap gambar yang kita
tampilkan.

Terdapat beberapa shot dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain extreme long shot, long shot, medium long shot, medium shot, medium close up, close up, big close up, extreme close up.

a. Extreme long shot (ELS)
Gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya



b. Very Long shot (VLS)
Gambar dengan teknik VLS ini mempunyai komposisi panjang, jauh, dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak.


c. Long shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan obyek berada. Biasanya gambar ini digunakan pada sebagai opening shot (biasanya zoom in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan lebih detail).


d. Medium long shot (MLS)
Gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut



e. Medium shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari tangan hingga ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.


f. Medium close up (MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.



g. Close up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan.











Rabu, 29 Maret 2017

Kegiatan Pembelajaran 1: Kamera Video




KAMERA VIDEO 

Kamera video (Video Camera Recorder) adalah kamera elektronik untuk
menangkap gambar bergerak (Motion) dalam format video. Kamera video sendiri dalam perkembangannya dimulai dari kamera video analog dan berkembang menjadi kamera video digital.

Dalam kegiatan produksi video/film, terdapat banyak jenis kamera yang digunakan. Pada dasarnya peralatan kamera untuk produksi film terbagi menjaditiga, yaitu consumer, prosumer dan professional.

a. Kamera consumer
Kamera consumer di desain untuk keperluan sehari-hari dengan
kecenderungan pengguna kalangan yang memiliki hobby di bidang
videografi.
Ciri-ciri kamera consumer:
- Fitur yang disediakan serba otomatis
- Harga relatif lebih murah
- Tidak tahan banting dan cenderung lebih ringkih
- Memiliki resolusi gambar yang rendah, SD – SDTV (Standard –      definition television)


b. Kamera prosumer
Kamera prosumer kadang dikenal sebagai peralatan home industry,
digunakan untuk produksi yang sedikit lebih berat dan kadang-kadang
memberikan beberapa fitur professional (missal lensa kamera dapat diganti dengan lensa film) tetapi masih memiliki banyak fitur otomatis seperti yangterdapat pada kamera consumer. Karena sifatnya kombinasi portabilitas dan kualitas, maka kamera jenis ini lebih rendah biayanya dibandingkan dengan kamera professional sehingga para professional pun terkadang menggunakan kamera ini dengan menambah berbagai kombinasi alat yang lain, misalnya penggunaan lensa.



Kamera prosumer memiliki ciri-ciri:
- Penggunanya adalah home industry atau mendekati professional
- Sudah memiliki beberapa fitur manual
- Harga lebih mahal dibanding kamera consumer
- Tidak tahan banting tetapi tidak ringkih
- Mempunyai resolusi gambar yang cenderung lebih baik dari kelas
  consumer namun masih SD – SDTV. Ada yang sudah HDTV (high
  definition television) namun harganya masih mahal.

c. Kamera professional
Kamera professional dirancang khusus untuk kebutuhan produksi yang
tinggi dengan tingkat pemakaian yang berat, berkualitas tinggi pada semua aspek komponen, termasuk lensa. Mempunyai ciri:
- Pengguna sebagian besar professional broadcast industri besar     di dunia pertelevisian dan Production house (PH)
- Fitur manual karena membutuhkan beberapa pengaturan dalam penggunaannya. Tersedia fitur otomatis, namun gambar yang dihasilkan kurang bagus
- Harga mahal
- Memiliki standar fungsi yang tinggi, resolusi HDTV dengan warna yang tidak mengalami distorsi
- Sangat stabil dan handal Cukup kuat dan tahan segala kondisi seperti getaran, guncangan, debu, panas


Pada dasarnya, setiap kamera video terdiri dari tiga bagian, yaitu lensa, bodycamera dan video camera recorder.

1. Lensa
Lensa pada kamera berfungsi sebagai sebuah mata bagi kamera, hal yangpaling utama dalam menentukan apa dan bagaimana kamera akan melihat subjek dan seberapa baikpandangan yang ditransmisikan ke chip sensor kamera. Lensa mempunyai fungsimenangkap obyek secara optik yang menghasilkan gambar dan di teruskan kepermukaan tabung kamera (natinya oleh tabung camera diubah lagi dari optik ke elektrik). Jenis lensa di bedakan menurut Focal Length yakni panjang jarak antara pusat optik lensa atau dengan titik di mana gambar terlihat dalam keadaan focus (sensor kamera).Focal Length biasanya diukur dalam satuan milimeter. Ada beberapa control yang dapat dilakukan lewat lensa saat pengambilan gambar yakni zooming dan focus. Zooming adalah pergerakan lensa kamera sehingga mebuat gambar terlihat seolah-olah kamera mendekat atau menjauhi subyek, pergerakan tersebut dilakukan oleh lensa secaraoptik dengan mengubah panjang fokal lenght dari sudut pandang sempit (telephoto)ke sudut lebar (wide angle).Zooming dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara manual dengan memutar ringzoom pada lensa dan kedua dengan menggunakan tombol zoom servo yang ada padahandle camera sehingga terjangkau jari pada waktu mengoperasikan kamera.
Focus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar dikatakanfokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh di permukaan tabungatau CCD jelas dan tajam. Sehingga nampak juga di viewfinder dan monitor kamera.



2. Body camera
Body camera berisi tabung pengambil gambar (pick up tube) yang berfungsi untuk merubah gambar optik yang di hasilkan lensa menjadi sinyal elektrik.Di body camera ini biasanya juga di lengkapi dgn beberapa fasilitas camera seperti:viewfinder, exposure, black balance, white balance, shutter speed, digital efek dan lain-lain tergantung jenis cameranya.


3. Video camera recorder (VCR)
Bagian ini berfungsi sebagai alat perekam gambar dan suara. Di beberapa camera ada yg recordernya terpisah namun ada juga yang menyatu dengan body camera, kelebihan jikarecordernya jadi satu adalah keringanan dan efesiensi waktu.Perkembangan teknologi saat ini sangat mempermudah kita dalam perekaman gambar,karena kita tidak perlu lagi menggunakan pita kaset seperti zaman dahulu, tetapi sudahmulai bisa menggunakan internal memory (HDD internal) dan juga menggunakanexternal memory seperti Micro SD, SD, Stick Dwo, CF dan lain sebagainya. Kita tidaklagi melakukan capturing (transfer data) dari pita kaset ke komputer dimanamembutuhkanalat dan waktu yang cukup banyak, melainkan cukup dengan copypastedata dari memori ke komputer dalam waktu yang relatif singkat.

Prinsip kerja kamera video dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Lensa menangkap gambar, lalu diteruskan ke bagian panel penangkap
   gambar. Penangkap gambar atau biasa disebut sensor Charge Couple
  Device (CCD) -yang juga berfungsi sebagai view finder- mengirimkan
gambar ke LCD.
2. Gambar yang ditangkap oleh lensa, dilewatkan pada filter warna    yangkemudian akan ditangkap oleh CCD atau sensor gambar. Jarak  antara lensa dan sensor ini dikenal dengan istilah focal length.  Jarak ini pula yang akan menjadi faktor pengali pada lensa.
3. Tugas CCD adalah merubah sinyal analog (gambar yang ditangkap    oleh lensa) menjadi sinyal listrik. Pada CCD ini terdapat jutaan  titik sensor yang dikenal dengan pixel
4. Gambar yang ditangkap oleh sensor CCD diteruskan ke bagian  pemroses gambar yang tugasnya memproses semua data dari sensor CCD  menjadi data digital berupa file format gambar, serta melakukan  proses kompresi sesuai format gambar yang dipilih (RAW, JPEG, dan  sebagainya). Di bagian ini selain chipset yang berperan, software  (firmware) dari kamera yang bersangkutan juga menentukan hasil  akhir gambar.
5. Proses yang terakhir adalah mengirimkan hasil file gambar dalam  format yang dipilih ke bagian penyimpanan (storage) atau memory  card. Sistem kamera digital terbagi atas 3 tiga macam. Pembagian  ini berdasarkan sistem televisi di dunia yaitu:
a. National Television System Committee (NTSC), yangdigunakan di    Amerika Serikat. Sistem ini memiliki spesifikasi kemampuan merekam  gambar 525 garis perdetik, 29 frame per second dan sumber tenaga  listrik denganfrekuensi 60 hertz.
b. Phase Alternate Line (PAL), sistem inilah yang di gunakan di  Indonesia dan Eropa. Sistem ini memiliki spesifikasi kemampuan    merekam gambar 625 garis perdetik, 25 frame per second dan sumber  listrik 50 hertz.
c. SECAM, sistem ini digunakan di Perancis. Sistem ini memiliki  kemampuan merekam gambar 825 garis perdetik, 25 frame per second  dan sumber tenaga listrik 50 hertz.
 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat  kamera. Sebelum melakukan shooting ada baiknya jika seorang juru  kamera melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
- Penguasaan terhadap perangkat kamera yang akan digunakan.  Sebaiknya mengikuti aturan penggunaan yang tertulis pada manual  book. Pahami kelebihan dan kekurangannya.
- Setelah paham dengan seluk beluk kamera, pahami juga adegan apa  dan teknik yang bagaimana yang diinginkan.
- Membuat breakdown peralatan yang akan digunakan seperti baterai,
 mikrofon, kabel extension, dan lain-lain.
- Pastikan baterai dalam kondisi prima dan penuh, dan semua  fasilitas di kamera berjalan dengan baik.





T E R I M A   K A S I H





Video Kunjungan Industri di Percetakan Juragan Print & Magna Print Kotamobagu
Semoga menjadi kenangan buat kita terlebih peserta IN 1 Keahlian Ganda
Pusat Belajar SMK N 1 Kotamobagu




PENGERTIAN FILM

Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebetulnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra),jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.

Film adalah gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi mediamedia yang lain, karena secara audio dan visual bekerja sama dengan baik dalam membuat penonton tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.







SEJARAH FILM INTERNASIONAL



Film yang ditemukan pada akhir abad ke-19 dan terus berkembang hingga hari ini merupakan ‘perkembangan lebih jauh’ dari teknologi fotografi. Perkembangan penting sejarah fotografi telah terjadi di tahun 1826, ketika Joseph Nicephore Niepce dari Perancis membuat campuran dengan perak untuk membuat gambar pada sebuah lempengan timah yang tebal.Thomas Alva Edison (1847-1931) seorang ilmuwan Amerika Serikat penemu lampu listrik dan fonograf (piringan hitam), pada tahun 1887 terinspirasi untuk membuat alat untuk merekam dan membuat (memproduksi) gambar. Edison dibantu oleh George Eastman, yang kemudian pada tahun 1884 menemukan pita film (seluloid) yang terbuat dari plastik tembus pandang.

 Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukkan ke dalam kamera pada siang hari. Alat yang dirancang dan dibuat oleh Thomas Alva Edison itu disebut kinetoskop (kinetoscope) yang berbentuk kotak berlubang untuk menyaksikan atau mengintip suatu pertunjukan. Lumiere bersaudara kemudian merancang peralatan baru yang mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan proyektor menjadi satu. Lumiere Bersaudara menyebut peralatan baru untuk kinetoskop itu dengan “sinematograf” (cinematographe). Peralatan sinematograf ini kemudian dipatenkan pada tahun 1895. Pada peralatan sinematograf ini terdapat mekanisme gerakan yang tersendat (intermittent movement) yang menyebabkan setiap frame dari film diputar akan berhenti sesaat, dan kemudian disinari lampu proyektor.
Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar, berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Meskipun usaha untuk membuat "citra bergerak" atau film sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi, namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe ini yang menandai lahirnya film pertama di dunia.
Sejak ditemukan, perjalanan film terus mengalami perkembangan besar bersamaan dengan perkembangan atau kemajuan-kemajuan teknologi pendukungnya. Pada awalnya, hanya dikenal film hitam putih dan tanpa suara atau dikenal dengan sebutan “film bisu”. Masa film bisu berakhir pada tahun 1920-an, setelah ditemukannya film bersuara. Film bersuara pertama diproduksi tahun 1927 dengan judul “Jazz Singer”, dan diputar pertama kali untuk umum pada 6 Oktober 1927 di New York, Amerika Serikat. Kemudian menyusul ditemukannya film berwarna di tahun 1930-an.








SEJARAH PERKEMBANGAN FILM DI INDONESIA



Film Indonesia pertama kali dikenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang dengan tema film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Namun pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton. Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu, dan film cerita impor ini cukup laku di Indonesia, dibuktikan dengan jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan.

 Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926, dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company, adalah sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang, karena pada tahun tersebut di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi. Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret-5 April 1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia). Kemudian film “Jam Malam” karya Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II di Singapura. Film ini juga dianggap karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan.

Pertengahan ‘90-an, film-film nasional yang tengah menghadapi krisis ekonomi harus bersaing keras dengan maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Apalagi dengan kehadiran Laser Disc, VCD dan DVD yang makin memudahkan masyarakat untuk menikmati film impor. Namun di sisi lain, kehadiran kamerakamera digital berdampak positif juga dalam dunia film Indonesia, karena dengan adanya kamera digital, mulailah terbangun komunitas film-film independen. Filmfilm yang dibuat di luar aturan baku yang ada. Film-film mulai diproduksi dengan spirit militan. Meskipun banyak film yang kelihatan amatir namun terdapat juga film-film dengan kualitas sinematografi yang baik, tetapi film-film independen masih belum memiliki jaringan peredaran yang baik, sehingga film-film ini hanya bisa dilihat secara terbatas dan di ajang festival saja.








KLASIFIKASI FILM


A.    Menurut Jenis Film

a.       Film Fiksi

Film cerita (fiksi), merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Sebagian besar atau pada umumnya film cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya didukung dengan sponsor iklan tertentu pula.

b.      Film Non Fiksi

Film noncerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Film non cerita ini terbagi atas dua kategori, yaitu:
a.       Film Faktual: menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang, film faktual dikenal sebagai film berita (news-reel), yang menekankan pada sisi pemberitaan suatu kejadian aktual.
b.      Film dokumenter: selain fakta, juga mengandung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada si pembuat film dokumenter tersebut.

B.     Menurut Cara Pembuatan

a. Film Eksperimental
Film Eksperimental adalah film yang dibuat tanpa mengacu pada kaidah kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya adalah untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film. Umumnya dibuat oleh sineas yang kritis terhadap perubahan (kalangan seniman film), tanpa mengutamakan sisi komersialisme, namun lebih kepada sisi kebebasan berkarya.
b. Film Animasi
Film Animasi adalah film yang dibuat dengan memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.

C.    Menurut Tema Film (Genre)

a. Drama
Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut. Tidak jarang penonton yang merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut
marah.


b. Action
Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata, atau kebut -kebutan kendaraan antara tokoh yang baik (protagonis) dengan tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton ikut merasakan ketegangan, was-was, takut, bahkan bisa ikut bangga terhadap kemenangan si tokoh.
12
c. Komedi
Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Film komedi berbeda dengan lawakan, karena film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi pemain biasa pun bisa memerankan tokoh yang lucu.

d. Tragedi
Film yang bertemakan tragedi, umumnya mengetengahkan kondisi atau nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film tersebut. Nasib yang dialami biasanya membuat penonton merasa kasihan/prihatin/iba.

e. Horor
Film bertemakan horor selalu menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena perasaan takutnya. Hal ini karena film horor selalu berkaitan dengan dunia gaib/magis, yang dibuat dengan special affect, animasi, atau langsung dari tokoh-tokoh dalam film tersebut.





Film ‘Mainstream’


Pengertian Istilah film ‘mainstream’ ditujukan kepada film-film yang diproduksi oleh studio-studio besar yang bertujuan menghibur masyarakat dengan meraup keuntungan sebesar-besarnya, dan biasanya berdurasi panjang (90-100 menit). Film-film mainstream lebih dianggap barang dagangan (industri) daripada dianggap sebagai sebuah karya seni.

Karakter Film ‘Mainstream’
Ada beberapa karakter khas film ‘mainstream’ yang umumnya menjadi acuan:

a. Non Teknis
Secara non teknis film ‘mainstream’ dibagi menurut ide atau tema. Ide atau tema yang dipakai adalah tema-tema yang sedang populer di masyarakat, karena bertujuan ‘komersial’ (umumnya mengangkat kisah heroik dan percintaan).

Alur cerita Dibagi dalam 4 bagian:
1.      Pembuka: berisi perkenalan tokoh (baik protagonis maupun antagonis).Pada akhir babak ini biasanya dimunculkan masalah yang dialami tokoh utama protagonis.
2.      Tengah: merupakan pengembangan masalah yang biasanya disusun dengan berliku-liku (panjang).
3.      Klimaks: merupakan puncak dari permasalahan dan penyelesaiannya.
4.      Babak penutup: merupakan akhir cerita yang biasanya dibuat agar penonton ikut merasakan kebahagiaan/kemenangan dari tokoh utama (happy ending).

b. Secara teknis,
Karakter film ‘mainstream’ adalah:
 Menggunakan bahan selluloid (minimal film 35 mm) agar dapat diputar di bioskop.
 Memiliki jaringan kerjasama yang jelas dan luas, baik pada saat praproduksi, produksi sampai   ke tahap distribusi film dengan tujuan utama keuntungan secara materi.
 Modal/dana disediakan oleh orang atau instansi tertentu yang berposisi sebagai produser.
Menggunakan sistem bintang, maksudnya pemeran film sudah dikenal oleh masyarakat (public figure) dengan tujuan menarik minat penonton.
 Ada proses sensor dari lembaga perfilman yang terkait, dengan tujuan menyaring bagian film yang dianggap tidak baik untuk dikonsumsi masyarakat umum.





Pelaku Industri Film


1.      Produser

Dalam bukunya yang berjudul People Who Makes Movies, Theodore Taylor menyebut produser sebagai “Orang dagang tapi kreatif”. Produser adalah orang yang mengepalai studio. Orang ini memimpin produksi film, menentukan cerita dan biaya yang diperlukan serta memilih orang-orang yang harus bekerja untuk film yang dibuat di studionya.

2.      Sutradara

Sutradara terkemuka Amerika, Arthur Penn, menyebut sutradara sebagai orang yang menulis dengan kamera (Theodore Taylor, People Who Make Movies, hal.21). Sutradara adalah orang yang memimpin proses pembuatan film (syuting), mulai dari memilih pemeran tokoh dalam film, hingga memberikan arahan pada setiap kru yang bekerja pada film tersebut sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

3.      Penulis Skenario

Orang yang mengaplikasikan ide cerita ke dalam tulisan, dimana tulisan ini akan menjadi acuan bagi sutradara untuk membuat film. Pekerjaan penulisan skenario tidak selesai pada saat skenario rampung, karena tidak jarang skenario itu harus ditulis ulang karena produser kurang puas.

4.      Penata Fotografi

Penata fotografi adalah nama lain dari juru kamera (cameraman), orang yang benar-benar memiliki pengetahuan dan ahli dalam menggunakan kamera film. Dalam menjalankan tugasnya mengambil gambar (shot), seorang juru kamera berada di bawah arahan seorang sutradara.

5.      Penyunting

Penyunting adalah orang yang bertugas merangkai gambar yang telah diambil sebelumnya menjadi rangkaian cerita sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Pada proses ini, juga dilakukan pemberian suara (musik) atau special effect yang diperlukan untuk memperkuat karakter gambar atau adegan dalam film.

6.      Pemeran

Posisi pemeran yang juga disebut sebagai bintang film ini, secara kelembagaan, tidaklah begitu penting karena seorang pemeran harus tunduk dan melakukan segala arahan yang diberikan oleh sutradara. Namun, karena cerita film sampai pada penonton melalui bintang film tersebut, di mata penonton justru bintang film itulah yang paling penting, amat menentukan.


7.      Publicity Manager

Menjelang, selama, dan sesudah sebuah film selesai dikerjakan, para calon penonton harus dipersiapkan untuk menerima kehadiran film tersebut. Pekerjaan ini dipimpin oleh seorang yang tahu betul melakukan propaganda, dan sebutannya adalah publicity manager.




Film Independen (Indie)

Independen di Indonesia

Film independen (indie) yang dimaksud adalah film-film alternatif di luar film-film ‘mainstream’, yang produksi dan distribusinya berdasarkan semangat independent para filmmaker yang cenderung berkarakter dekonstruktif dan eksperimental. Sebuah film menjadi film indie saat nurani si filmmaker menginginkannya menjadi suatu yang independent, terlepas dari latar belakang proses produksi film atau mungkin juga sebuah karakter personal yang menjadi gaya si filmmaker untuk membuatnya menjadi sebuah art. Sehingga sebuah film indie dapat dilihat dari ‘semangat’ dan nurani si filmmaker. Film indie di Indonesia muncul sebagai alat komunikasi suatu komunitas atau individu untuk berekspresi. Faktor-faktor lain yang mendorong gairah pembuatan film-film indie di Indonesia, sama dengan yang terjadi di negara-negara lain di Asia yaitu tidak tersedianya media untuk berekspresi. (Garin Nugroho, Berpikir Merdeka dan Berkarya Mandiri, Kompas, Minggu, 9 Juni 2002).

Karakter Film Independen

Film indie umumnya menawarkan tema-tema yang beragam, yang tidak ditemui di film-film pada umumnya yang cenderung latah dan mengekor film-film yang telah sukses. Tema-tema sederhana, yang justru dengan kesederhanaannya dapat menembus ketaksederhanaan, yang luput dari perhatian masyarakat. Karena sifatnya sebagai alternatif, bukan komersil, membuat film indie penuh dengan eksplorasi subyektif dari si pembuat. Filmmaker memiliki kebebasan berekspresi menuangkan segala kreativitas imajinasinya dalam karya film, sehingga menghasilkan film-film yang tidak biasa (tidak konvensional). Kemurnian dan kejujuran inilah yang membuat film indie dikonotasikan sebagai film ‘egois’ yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja. Kemandirian dalam pengadaan dana/tanpa sponsor secara tidak langsung juga
mengakibatkan kemandirian pendistribusian dan penggunaan pemeran film. Pendistribusian dilakukan secara ‘gerilya’ dan pemain film yang mendukung bukanlah selebriti terkenal, melainkan orang-orang biasa yang memiliki bakat acting

Berdasarkan durasi atau lamanya sebuah film dapat dibagi sebagai berikut:

1. Film Pendek
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi yang nantinya akan menayangkan film tersebut.

2. Film Panjang
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Filmfilm produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit. Film panjang ini juga termasuk di dalamnya film animasi.



Perbedaan Seni Peran Film dengan Seni Teater


Perbedaan seni peran film (drama, sandiwara, sinetron,dll) dengan seni peran teater adalah:

 Film (drama, sandiwara):

a. Film tidak memerlukan pengucapan vokal yang cukup kuat, karena diperkuat atau diambil oleh microphone.
b. Emosi tidak perlu kuat, karena akan diperkuat oleh kamera yang mengambil secara short shot atau close up.
c. Make up cukup tipis, karena akan diperkuat oleh kamera.
d. Pengambilan adegan secara partial atau sebagian-sebagian yang dipotong-potong menjadi sangat pendek-pendek sesuai dengan yang akan di ceritakan, sehingga adegan yang salah bisa diulang-ulang hingga mencapai seperti yang dikehendaki oleh sutradara.

 Teater

a. Pengucapan vokal harus sangat kuat, karena penampilan dilakukan di atas panggung dan vokal harus terdengar hingga penonton di barisan yang paling belakang.
b. Emosi atau perasaan harus ekstrem, karena penampilan dilakukan di atas panggung dan emosi atau perasaan harus terlihat hingga penonton di barisan paling belakang.
c. Make up harus ekstrem, karena penampilan dilakukan di atas panggung dan make up harus terlihat hingga penonton di barisan paling belakang.
d. Adegan dari awal hingga akhir penampilan atau show harus sempurna, karena tidak ada jeda atau pengulangan bagi adegan yang salah. Melakukan kesalahan pada satu adegan atau dialog, maka akan merusak semua performa yang sedang ditampilkan.








T E R I M A   K A S I H